Bisnis.com, JAKARTA -- PDI Perjuangan (PDIP) telah mendominasi politik Kota Surakarta atau Solo baik di level eksekutif maupun legislatif lebih dari 2 dasawarsa. Namun demikian, dominasi PDIP di tingkat eksekutif patah setelah calon mereka ditumbangkan calon yang diendorse langsung oleh Presiden ke 7 Joko Widodo alias Jokowi.
Dalam catatan Bisnis, Surakarta atau Solo memiliki sejarah konflik politik yang panjang. Pada transisi era kolonial ke zaman kemerdekaan, Solo termasuk wilayah yang mengalami revolusi sosial. Imbas revolusi sosial tersebut adalah bubarnya Daerah Istimewa Surakarta alias DIS pada tahun 1946 lalu.
Setelah era DIS bubar, Surakarta mulai dipimpin oleh pemimpin-pemimpin berlatar belakang politisi dan militer, tidak lagi harus ningrat. Pada tahun Mei - Juli 1946, misalnya, Wali Kota Solo dijabat oleh RT Sindoeredjo. Sindoeredjo kemudian digantikan oleh politikus PNI, Iskak Tjokroadisurjo. Iskak hanya memimpin Solo selama 4 bulan yakni dari bulan Juli - November 1946.
Setelah kemelut perang kemerdekaan dan berbagai macam huru hara politik, Solo kemudian dipimpin oleh politikus Masyumi, Sjamsoeridjal. Dia memimpin Solo selama hampir 3 tahun yakni dari 1946-1949. Namun demikian, seiring dengan memanasnya tensi politik terutama pasca peristiwa Madiun 1948, Sjamsoeridjal kemudian digantikan oleh wali kota yang berlatar belakang militer.
Wali kota militer pertama adalah Soedjatmo Soemperdojo (Januari 1949 - Juli 1949), Soeharto Soerjopranoto, hingga Muhammad Saleh Wedisatro. Saleh Werdisastro adalah salah satu pejuang perintis kemerdekaan asal Sumenep, Madura. Dia memimpin Solo pada tahun 1951-1955.
Setelah Saleh, Wali Kota Solo dipegang oleh Oetomo Ramlan. Sosok Oetomo penuh kontroversi. Dia adalah politikus PKI. Oetomo barangkali menjadi salah satu Wali Kota Solo yang dipilih melalui proses pemilihan umum atau pemilu, meskipun tidak langsung.
Baca Juga
Sekadar catatan, pada tahun 1957-1958, setelah sukses menggelar pemilihan umum pertama pada tahun 1955, pemerintah menggelar Pemilihan Legislatif Daerah untuk memilih anggota DPRD tingkat 1 maupun DPRD tingkat 2. PKI menjadi partai yang memenangkan Pemilu Legislatif Daerah di Kota Surakarta dan setelah proses pemilihan di DPRD, Oetomo Ramlan terpilih sebagai Wali Kota Surakarta.
Salah satu kebijakan Oetomo Ramlan, mengutip Solopos, adalah membangun Lokalisasi Silir, yang pada tahun 1998 diubah menjadi Pasar Klitikan. Posisinya sebagai politikus PKI dan aktivis Lekra kemudian membuatnya menjadi korban pembersihan oleh pemerintaha militer yang berkuasa pasca G30S 1965. Oetomo Ramlan, meninggal tahun 1967. Dia divonis mati oleh Mahmilub karena dugaan keterlibatannya dalam G30S 1965.
Setelah Oetomo Ramlan dan pembubaran PKI, Solo dimpimpin oleh Wali Kota berlatar militer dan sipil. Setelah Soeharto tumbang, jabatan Wali Kota Solo dipegang oleh PDIP, mulai dari Joko Widodo (Jokowi), FX Hadi Rudyatmo, Gibran Rakabuming Raka, hingga Teguh Prakosa.
Dominasi PDIP Runtuh
Namun demikian, pada Pilkada 2024, dominasi PDIP di Solo runtuh oleh calon yang didukung oleh Presiden ke 7 Joko Widodo alias Jokowi yakni pasangan calon wali kota dan wakil wali kota nomor urut 2, Respati Ardi-Astrid Widayani.
Pasangan ini menang telak di lima kecamatan wilayah Kota Solo berdasarkan hasil real count Pilkada 2024 yang dirilis Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kota Surakarta, Rabu (27/11/2024) malam.
Dilansir dari Espos, saat proses hitung riil di Kantor Bawaslu hingga pukul 20.21 WIB, dengan total suara masuk dari 848 tempat pemungutan suara (TPS) atau 99,07% dari total 856 TPS, pasangan calon nomor urut 1, Teguh Prakosa-Bambang Gage Nugroho, memperoleh 120.174 suara (39,48%).
Pasangan Respati-Astrid unggul di seluruh kecamatan, dengan Banjarsari sebagai penyumbang suara terbanyak. Persentase hasil real count Bawaslu ini serupa dengan quick count sementara yang terlihat di Kantor DPC PDI Perjuangan Solo, Rabu pukul 18.30 WIB.
Dari 157.789 suara sah dengan tingkat partisipasi 38,10%, Respati-Astrid meraih 96.519 suara (60,92%), sementara Teguh-Bambang mendapatkan 61.915 suara (39,08%).
Versi Tim Pemenangan Respati-Astrid pada pukul 15.47 WIB juga menunjukkan kemenangan dengan 61,40%, sementara Teguh-Bambang meraih 38,60%.
Respati-Astrid didukung oleh koalisi besar Presiden Prabowo dan Presiden ke-7 Joko Widodo. Partai di balik pasangan ini adalah Partai Gerindra, PSI, PKS, PKB, Golkar, dan PAN, yang memiliki total 25 kursi di DPRD Kota Solo, serta lima parpol nonparlemen, yakni Partai Nasdem, PPP, Demokrat, Perindo, dan Partai Gelombang Rakyat Indonesia (Gelora).
Menanggapi hasil ini, Respati meminta pendukung tetap tenang. “Mohon semua bisa menghormati proses dan hasil dari KPU Solo. Jangan bertindak berlebihan, apalagi sampai mengganggu ketenteraman masyarakat. Tetap beraktivitas seperti biasa,” katanya setelah Salat Maghrib berjamaah di Masjid Al Wustho, Solo.
Sementara itu, paslon nomor urut 1 belum memberikan tanggapan hingga berita ini ditulis, Kamis (28/11/2024) dini hari.