Bisnis.com, JAKARTA - Siapa yang tidak mengenal Cut Nyak Dien atau Martha Christina Tiahahu? Tapi di balik lembar sejarah nasional, masih banyak nama perempuan pejuang yang nyaris hilang dari ingatan publik. Salah satunya adalah Siti Manggopoh, perempuan tangguh asal Manggopoh, Agam, Sumatera Barat.
Mengapa kisahnya penting? Karena ia membuktikan bahwa keberanian bukan monopoli lelaki, dan bahwa kepemimpinan bisa tumbuh dari luka penjajahan.
Artikel ini akan mengangkat sosok Siti Manggopoh sebagai pahlawan lokal yang pantas dikenal secara nasional. Kita akan menyelami latar belakangnya, perlawanan terhadap kolonialisme Belanda, serta nilai-nilai yang bisa diwarisi oleh generasi masa kini.
Profil Singkat Siti Manggopoh
Siti Manggopoh adalah nama yang melekat pada sejarah perlawanan rakyat Minangkabau terhadap penjajah Belanda. Dia berasal dari Nagari Manggopoh, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Meski tidak banyak catatan resmi yang mencantumkan tanggal lahirnya secara pasti, perjuangannya tercatat dalam narasi rakyat dan referensi sejarah lokal.
Dia hidup di masa ketika Belanda menerapkan sistem tanam paksa dan pajak berlebihan yang mencekik rakyat. Latar belakang sosial Minangkabau yang menganut sistem matrilineal memberi perempuan seperti Siti peran penting dalam kehidupan sosial, termasuk dalam hal kepemilikan tanah dan keputusan adat.
Kondisi Sosial dan Politik di Minangkabau Saat Itu
Pada awal abad ke-20, Belanda memperketat kontrol atas wilayah Minangkabau. Pajak yang mencekik, kerja paksa, dan penghapusan hak adat memicu kemarahan rakyat. Rakyat Agam, termasuk di Manggopoh, mulai merasakan tekanan kolonial yang menghimpit kehidupan sehari-hari.
Baca Juga
Perempuan dalam masyarakat Minangkabau tidak hanya menjadi pengurus rumah tangga. Mereka juga menjadi tokoh adat, pengelola ekonomi, dan pendidik generasi muda. Maka ketika Siti Manggopoh bangkit memimpin perlawanan, dia bukan melawan kodrat, tapi melanjutkan tradisi kepemimpinan perempuan Minang.
Perjuangan Siti Manggopoh Melawan Belanda
Perlawanan di Manggopoh terjadi pada 15 Juni 1908. Saat itu, Siti Manggopoh bersama para pemuda Nagari merancang serangan terhadap pos militer Belanda. Dalam semalam, mereka berhasil menyerang markas penjajah, membunuh beberapa serdadu, dan membakar fasilitas penting kolonial.
Siti Manggopoh tidak hanya berperan sebagai inspirator, tapi juga sebagai pemimpin gerilya. Dia memimpin serangan dengan strategi cerdas: menyerbu saat pasukan Belanda lengah. Perlawanan ini menewaskan sekitar 53 tentara Belanda dan menjadi pukulan telak bagi kolonialisme di Sumatera Barat.
Namun, seperti banyak kisah kepahlawanan lainnya, perlawanan itu dibayar mahal. Belanda membalas dengan kekuatan penuh, membakar rumah-rumah rakyat, dan menangkap para tokoh perlawanan. Meski begitu, semangat perjuangan Siti Manggopoh tetap hidup dalam ingatan kolektif masyarakat.
Nilai-Nilai Perjuangan Siti Manggopoh
Keberanian Siti Manggopoh melampaui batas-batas gender. Dia menunjukkan bahwa perempuan bisa menjadi pemimpin perlawanan yang disegani. Dalam dunia yang didominasi oleh kekuasaan kolonial, Siti hadir sebagai bara kecil yang menyulut api perjuangan.
Dia juga simbol perlawanan terhadap ketidakadilan. Bagi generasi muda Indonesia, kisah Siti Manggopoh adalah pengingat bahwa perjuangan bisa dimulai dari hal-hal kecil, dari keberanian menyuarakan ketidakadilan di lingkungan sekitar.
Pengakuan Terhadap Jasa Siti Manggopoh
Meski belum secara resmi diakui sebagai pahlawan nasional, nama Siti Manggopoh telah diabadikan dalam bentuk tugu peringatan, nama jalan, dan sekolah di Sumatera Barat. Pemerintah daerah dan sejarawan lokal telah berupaya memasukkan kisahnya dalam pelajaran sejarah di sekolah-sekolah.
Sejumlah akademisi dari Universitas Andalas dan Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) juga telah mendorong pengakuan resmi atas jasanya. Hal ini menjadi penting, agar sejarah perjuangan perempuan Indonesia tidak didominasi oleh nama-nama yang sudah lebih dahulu dikenal.
Perjalanan hidup Siti Manggopoh adalah narasi tentang keberanian, strategi, dan cinta pada tanah air. Ia bukan hanya milik Manggopoh atau Sumatera Barat, tapi milik bangsa Indonesia. Dalam senyap, ia mengukir sejarah dengan darah dan nyali.
Sudah saatnya kita mengenal lebih banyak sosok seperti Siti Manggopoh. Pahlawan daerah yang tak kalah agung dari nama-nama besar di buku sejarah nasional. Karena bangsa besar adalah bangsa yang tidak melupakan pahlawan-pahlawannya termasuk mereka yang berasal dari pelosok nagari.
FAQ
- Siapa itu Siti Manggopoh? Siti Manggopoh adalah pejuang wanita dari Agam, Sumatera Barat, yang memimpin perlawanan terhadap Belanda pada tahun 1908.
- Apa peran Siti Manggopoh dalam melawan Belanda? Ia memimpin serangan terhadap pos militer Belanda dan menjadi simbol perlawanan rakyat terhadap penjajahan.
- Dari mana asal Siti Manggopoh? Ia berasal dari Nagari Manggopoh, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
- Kapan terjadinya perlawanan Siti Manggopoh? Perlawanan terjadi pada 15 Juni 1908.
- Apa nilai perjuangan yang bisa dipetik dari Siti Manggopoh? Keberanian, kepemimpinan perempuan, semangat anti-penjajahan, dan pentingnya keadilan sosial.
Sumber referensi:
- Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) - Koleksi Perlawanan Rakyat Minangkabau
- "Wanita Pejuang dalam Sejarah Indonesia" - Penerbit Balai Pustaka, 1985
- Disdikbud Provinsi Sumatera Barat - Modul Sejarah Lokal Minangkabau
- LKAAM (Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau)
- Artikel dan Jurnal Sejarah Universitas Andalas
Disclaimer: Artikel ini dihasilkan dengan bantuan kecerdasan buatan (AI) dan telah melalui proses penyuntingan oleh tim redaksi Bisnis.com untuk memastikan akurasi dan keterbacaan informasi.