Hasan Nasbi: Penulisan Sejarah Tidak Mungkin Merangkum Seluruh Kejadian

Kepala PCO Hasan Nasbi menilai penulisan sejarah Indonesia, yang saat ini berjalan dinilai tidak dapat merangkum seluruh kejadian.
Kepala Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi memberikan keterangan pers di Gedung Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Jakarta, Selasa (3/6/2025). Foto: Akbar Evandio
Kepala Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi memberikan keterangan pers di Gedung Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Jakarta, Selasa (3/6/2025). Foto: Akbar Evandio

Bisnis.com, JAKARTA - Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Hasan Nasbi menilai penulisan sejarah Indonesia, yang saat ini berjalan dinilai tidak dapat merangkum seluruh kejadian.

Dia beralasan ada sejumlah pertimbangan yang menjadi dasar para sejarawan untuk memilih peristiwa-peristiwa tertentu masuk dalam kompendium buku sejarah nasional.

“Dalam penulisan sejarah, tidak mungkin merangkum seluruh kejadian. Ada tidak dalam tulisan sejarah Indonesia yang pernah ditulis bahwa kita dahulu di masa Jepang, pimpinan Putera [Pusat Tenaga Rakyat] menyediakan PSK terhadap tentara Jepang? Ada tidak tulisan sejarah itu? Kejadian tidak? Kejadian,” kata Hasan Nasbi diklansir dari Antara, Selasa (1/7/2025).

Hasan melanjutkan peristiwa semacam itu tidak masuk dalam buku sejarah nasional karena ada pertimbangan matang dari para sejarawan sehingga memutuskan demikian.

“Penulisan sejarah pasti ada pertimbangan matang. Ada kebutuhan kita sebagai sebuah bangsa untuk mempelajari sejarah ini. Untuk apa? Memetik pelajaran masa lalu, dan membesarkan bangsa kita di masa yang akan datang,” katanya saat sesi tanya jawab dalam acara diskusi PCO Goes to Campus hari ini.

Dalam kesempatan yang sama, Hasan kemudian mengajak seluruh pihak untuk bersabar dan menyerahkan penulisan sejarah Indonesia versi termutakhir itu kepada para sejarawan.

Dia yakin para sejarawan yang saat ini terlibat dalam proyek penulisan sejarah Indonesia bekerja sesuai kompetensinya, dan tidak akan menggadaikan profesionalisme serta integritas mereka. Para sejarawan yang terlibat dalam penulisan itu, Hasan menyebut, merupakan para ahli yang menyandang titel profesor, dan telah menyelesaikan studi tingkat doktor bidang sejarah.

“Orang-orang ini tidak akan menggadaikan integritas akademik mereka, profesionalitas mereka, untuk hal-hal yang tidak diperlukan,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Muhammad Ridwan
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bisnis Plus logo

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro