Prabowo Akui Ada Kekurangan Program MBG, Apa Itu?

Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Prabowo Subianto mengakui bahwa pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) tidak luput dari kekurangan.
Presiden Prabowo Subianto mengunjungi SDN Kedung Jaya 1 Bogor, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat, untuk meninjau langsung pelaksanaan program makan bergizi gratis (MBG) pada Senin, 10 Februari 2025. Dok Setpres RI
Presiden Prabowo Subianto mengunjungi SDN Kedung Jaya 1 Bogor, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat, untuk meninjau langsung pelaksanaan program makan bergizi gratis (MBG) pada Senin, 10 Februari 2025. Dok Setpres RI

Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Prabowo Subianto mengakui bahwa pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) tidak luput dari kekurangan.

Dalam keterangannya saat Sidang Kabinet, Presiden ke-8 RI itu menyoroti sejumlah tantangan budaya dan kebiasaan masyarakat yang mempengaruhi efektivitas program.

Prabowo menyebut bahwa beberapa kasus keracunan atau gangguan pencernaan yang terjadi kemungkinan besar disebabkan oleh hal-hal sepele tetapi mendasar, seperti kebiasaan makan tanpa sendok dan kebersihan tangan anak-anak.

“Apakah ada kekurangan? Ada. Dan kekurangan itu karena juga adat dan istiadat budaya kita. Saya masuk satu ruangan, 30 orang, 20 pakai sendok, ada 10 nggak mau pakai sendok. Tidak salah dia, karena dia terbiasa makan tidak pakai sendok. Tapi kita mendidik dia untuk cuci tangan. Jadi bisa saja yang keracunan adalah hal-hal seperti itu,” ujarnya di kantor Presiden, Senin (5/5/2025).

Kepala negara juga menyoroti perlunya evaluasi terhadap perlengkapan makan yang disediakan, seperti sendok dalam paket makanan.

Dia menyarankan agar pemerintah mempertimbangkan penyediaan sendok yang murah untuk melengkapi paket makan bergizi.

“Dalam ompreng yang diberikan tidak ada sendoknya, bener kan? Jadi inisiatif orang tua membekali sendok. Nah mungkin perlu disosialisasikan atau kita bisa cari sendok-sendok tak terlalu mahal,” katanya.

Selain soal kebiasaan makan, Prabowo menyinggung soal masalah penyesuaian tubuh anak-anak terhadap jenis makanan baru, seperti susu.

Orang nomor satu di Indonesia itu mencontohkan kondisi lactose intolerant yang terjadi karena sebagian anak tidak terbiasa minum susu sejak kecil.

“Ada juga maaf yang nggak biasa, dengan makanan-makanan. Sebagai contoh, ada yang pertama-tama kalau dikasih susu tidak cocok karena dia tidak pernah minum susu sebelumnya. Itu namanya lactose intolerant,” jelasnya.

Menurutnya, gangguan semacam diare bisa muncul di minggu-minggu awal konsumsi, tetapi akan mereda seiring tubuh beradaptasi.

Dengan cakupan yang telah mencapai lebih dari 3,4 juta penerima hingga awal Mei dan ditargetkan menyentuh 82,9 juta orang pada akhir 2025, Prabowo menegaskan bahwa tantangan ini menjadi bagian dari proses menuju sistem layanan publik yang lebih baik dan inklusif.

Dia tetap optimistis bahwa secara keseluruhan program MBG sangat membanggakan dan mulai menarik perhatian dunia.

“Tapi on the whole MBG ini adalah sesuatu yang cukup membanggakan. Banyak pimpinan negara yang dibahas adalah MBG,” pungkas Prabowo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Akbar Evandio
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bisnis Plus logo

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro