Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Prabowo Subianto mengakui bahwa pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) tidak luput dari kekurangan.
Dalam keterangannya saat Sidang Kabinet, Presiden ke-8 RI itu menyoroti sejumlah tantangan budaya dan kebiasaan masyarakat yang mempengaruhi efektivitas program.
Prabowo menyebut bahwa beberapa kasus keracunan atau gangguan pencernaan yang terjadi kemungkinan besar disebabkan oleh hal-hal sepele tetapi mendasar, seperti kebiasaan makan tanpa sendok dan kebersihan tangan anak-anak.
“Apakah ada kekurangan? Ada. Dan kekurangan itu karena juga adat dan istiadat budaya kita. Saya masuk satu ruangan, 30 orang, 20 pakai sendok, ada 10 nggak mau pakai sendok. Tidak salah dia, karena dia terbiasa makan tidak pakai sendok. Tapi kita mendidik dia untuk cuci tangan. Jadi bisa saja yang keracunan adalah hal-hal seperti itu,” ujarnya di kantor Presiden, Senin (5/5/2025).
Kepala negara juga menyoroti perlunya evaluasi terhadap perlengkapan makan yang disediakan, seperti sendok dalam paket makanan.
Dia menyarankan agar pemerintah mempertimbangkan penyediaan sendok yang murah untuk melengkapi paket makan bergizi.
Baca Juga
“Dalam ompreng yang diberikan tidak ada sendoknya, bener kan? Jadi inisiatif orang tua membekali sendok. Nah mungkin perlu disosialisasikan atau kita bisa cari sendok-sendok tak terlalu mahal,” katanya.
Selain soal kebiasaan makan, Prabowo menyinggung soal masalah penyesuaian tubuh anak-anak terhadap jenis makanan baru, seperti susu.
Orang nomor satu di Indonesia itu mencontohkan kondisi lactose intolerant yang terjadi karena sebagian anak tidak terbiasa minum susu sejak kecil.
“Ada juga maaf yang nggak biasa, dengan makanan-makanan. Sebagai contoh, ada yang pertama-tama kalau dikasih susu tidak cocok karena dia tidak pernah minum susu sebelumnya. Itu namanya lactose intolerant,” jelasnya.
Menurutnya, gangguan semacam diare bisa muncul di minggu-minggu awal konsumsi, tetapi akan mereda seiring tubuh beradaptasi.
Dengan cakupan yang telah mencapai lebih dari 3,4 juta penerima hingga awal Mei dan ditargetkan menyentuh 82,9 juta orang pada akhir 2025, Prabowo menegaskan bahwa tantangan ini menjadi bagian dari proses menuju sistem layanan publik yang lebih baik dan inklusif.
Dia tetap optimistis bahwa secara keseluruhan program MBG sangat membanggakan dan mulai menarik perhatian dunia.
“Tapi on the whole MBG ini adalah sesuatu yang cukup membanggakan. Banyak pimpinan negara yang dibahas adalah MBG,” pungkas Prabowo.