Kementerian ESDM berupaya menstimulasi produksi bioetanol agar bisa mencukupi kebutuhan dalam negeri.

Pabrik Gula (PG) Glenmore - Banyuwangi hingga hari giling ke 27 telah menggiling sebanyak 175.000 ton tebu atau meningkat 30 persen.

Pemerintah akan menyesuaikan harga pokok penjualan (HPP) gula petani dan harga acuan penjualan (HAP) gula di tingkat konsumen.

Badan Pangan Nasional (Bapanas) optimis dengan dimulainya masa giling secara serentak di pertengahan tahun ini, maka impor gula dapat ditekan.

Sinergi Gula Nusantara (SGN) atau SugarCo mulai melakukan prosesi giling tebu di 10 pabrik gula (PG) yang dikelolanya.

Ada beberapa komoditas yang prospektif, mulai dari tebu hingga kelapa. Namun, peluang itu juga diikuti oleh sejumlah tantangan.

Direktur PTPN XII Siwi Peni mengatakan bahwa dalam proses tebang tebu dilakukan sesuai dengan SOP yang ada agar menghasilkan kualitas yang baik.

Dalam Program Agro Solution, Pupuk Kaltim bersama mitra membentuk ekosistem agar semakin kuat.

Para petani tebu dari Jawa Timur dan Jawa Tengah yang merupakan sentra produksi gula nasional mengecam importasi gula saat memasuki musim giling.

PTPN X menargetkan kinerja produksi tanaman tebu tahun ini bisa 416.500 ton dengan tingkat produktivitas lahan 85 ton/ha untuk kebutuhan musim giling 2023.

PTPN X berfokus dalam pengelolaan on farm di mana nantinya akan ada peningkatan standar dalam pengelolaan on farm agar menghasilkan tebu yang berkualitas.

Kementerian Perdagangan memutuskan impor gula dilakukan pada 2023 ini

Diproyeksikan, dengan produksi tebu nasional pada 2030 sebesar 110,1 juta ton akan dihasilkan tetes 4,95 juta ton.

Jumlah produksi gula tersebut merupakan dari hasil giling tebu sebanyak 4,69 juta ton. Jumlah produksi 110 persen dari target RKAP 2022 yang telah ditentukan.

Bisnis, JAKARTA — Pemerintah menargetkan Program Bioetanol Tebu dapat mendorong ketahanan energi, meningkatkan produksi dan kualitas tebu di Indonesia. Presiden menargetkan…