Berita negatif dari China melebihi kekhawatiran pasar atas kemungkinan serangan balasan Israel terhadap Iran, sehingga harga minyak global merosot.

Harga minyak dunia terpantau melonjak dan mematahkan tren penurunan seiring dengan sikap pasar yang menunggu respons Israel terhadap serangan rudal Iran.

Permintaan minyak dunia diperkirakan melemah, terdampak ekonomi China yang lesu.

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengungkap dampak gejolak harga minyak dunia imbas memanasnya konflik geopolitik di Timur Tengah.

Minyak menghapus pelemahan sebelumnya karena pasar menunggu Israel akan membalas serangan rudal Iran pekan lalu.

Harga minyak mentah dunia mengalami koreksi pada awal pekan ini usai mencatat kenaikan mingguan terbesar setahun lebih.

Harga minyak mentah global tetap tinggi imbas kekhawatiran geopolitik antara Iran dan Israel

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencermati gejolak harga minyak mentah dunia seiring memanasnya konflik di Timur Tengah.

Harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) turun menjadi US$72,54 per barel pada September 2024.

Ada kans harga minyak memanas hingga tembus US$100 per barel usai saling serang antara Israel dan Iran terjadi.

Eskalasi tensi politik antara Iran dan Israel mengaktifkan mode siaga investor seiring dengan lonjakan harga minyak.

Harga minyak menguat tipis pada Selasa (1/10) di tengah prospek pasokan tambahan saat permintaan lesu yang mengimbangi kekhawatiran konflik Timur Tengah.

OPEC menggandakan proyeksi permintaan minyak dunia pada saat ekonom dan lembaga internasional memangkasnya.

OPEC memproyeksikan konsumsi minyak dunia meningkat sebesar 17,9 juta barel per hari, atau sekitar 18%, menjadi 120,1 juta barel per hari pada 2050.

Harga minyak dunia naik tipis pada Rabu (25/9/2024) setelah pasar memantau perkembangan di Timur Tengah dan dampak stimulus China.

Harga minyak dunia terpantau menguat pada perdagangan awal pekan seiring dengan meningkatnya ketegangan di Tumur Tengah.