Bisnis fiber optik MTEL, TBIG dan TOWR kompak tumbuh tinggi. Fiber optik disebut-sebut sebagai mesin pertumbuhan baru emiten menara.

GOTO menjadi emiten dengan IPO jumbo ketiga hingga HUT ke-47 Pasar Modal Indonesia hari ini, Sabtu 10 Agustus 2024.

XL Axiata (EXCL) dan Indosat (ISAT) terbuka untuk memanfaatkan FTS selama teknologi tersebut selama teknologi FTS memiliki payung hukum.

Mitratel menargetkan komersialisasi FTS milik Haps akan terealisasi pada 2026 seiring dengan persiapan teknologi ini yang makin matang.

Panjang serat optik baru yang digelar Mitratel pada semester I/2024 sekitar 10.333 kilometer, lebih rendah dibandingkan periode sama tahun lalu

Dayamitra Telekomunikasi (MTEL) atau Mitratel mencatatkan jumlah menara menjadi 38.851 unit di semester I/2024.

Emiten menara Grup Telkom PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) atau Mitratel mencetak laba bersih sebesar Rp1,04 triliun sepanjang semester I/2024.

IHSG berisiko lanjut koreksi pada perdagangan akhir pekan hari ini, Jumat (26/7/2024). MNC Sekuritas rekomendasikan saham AUTO, ERAA hingga MTEL pagi ini.

Sebanyak 7 emiten mulai dari MTEL, NAYZ hingga TBIG dijadwalkan akan membayarkan dividen triliunan rupiah kepada para investor hari ini, Rabu (3/7/2024).

Mitratel (MTEL) mengeluarkan rincian bunga dari surat utang sebesar Rp3 triliun yang akan diterbitkan.

Selain hadapi Starlink dan potensi terdampak merger, TOWR, MTEL dan TBIG masih ekspansif dengan strategi masing-masing. Net debt to equity berdetak lebih cepat.

Sempat tersentak karena Starlink, saham Mitratel (MTEL) mulai merangkak. MTEL digadang lebih tangguh dari TOWR dan TBIG guna menghadapi dinamika industri

Rasio jumlah penyewa (tenant ratio) Mitratel di Kalimantan, Sulawesi, Bali & Nusantara serta Maluku & Papua mengalami peningkatan.

Dayamitra Telekomunikasi (MTEL) akan menerbitkan surat utang yang terdiri dari obligasi dan sukuk dengan nilai total Rp500 miliar untuk membayar utang.

PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) atau Mitratel berencana menerbitkan obligasi dan sukuk senilai Rp3 triliun.

Moratelindo (MORA) meyakini kehadiran satelit orbit rendah, Starlink, tidak akan mengusik pasar layanan internet di Indonesia yang berbasis fiber optik.