Ketika Tren #KaburAjaDulu Viral hingga Disebut Tak Nasionalis

#KaburAjaDulu menggema di media sosial hingga viral sebagai bentuk kritik terhadap kebijakan pemerintah.
Paskibraka mengibarkan Bendera Merah Putih saat peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI di Lapangan Upacara Istana Negara IKN, Kalimantan Timur, Sabtu (17/8/2024). Youtube Setpres RI
Paskibraka mengibarkan Bendera Merah Putih saat peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI di Lapangan Upacara Istana Negara IKN, Kalimantan Timur, Sabtu (17/8/2024). Youtube Setpres RI

Bisnis.com, JAKARTA - Ramai-ramai masyarakat Indonesia menggaungkan #KaburAjaDulu di berbagai media sosial.

Tagar tersebut akhirnya menjadi trending topik dan banyak digunakan netizen di X (Twitter) sebagai bentuk kritik terhadap pemerintah.

Kemunculan tagar pun menjadi sebuah gerakan masyarakat meninggalkan Indonesia untuk bekerja, ataupun melanjutkan studi di luar negeri.

Awal mula kemunculan #KaburAjaDulu

#KaburAjaDulu menggema setelah kemunculan keputusan efisiensi anggaran oleh pemerintah yang dinilai berdampak terhadap berbagai sektor. Salah satunya adalah dipangkasnya dana pendidikan.

Tagar semakin banyak digunakan untuk mengungkapkan kekecewaan terhadap pemerintah, setelah banyaknya informasi menggema mengenai pemutusan hubungan kerja.

Tak terjangkaunya biaya pendidikan dan keterbatasan lapangan kerja akhirnya mendorong masyarakat untuk mencari peluang di luar negeri.

Ismail Fahmi, pembuat Drone Emprit-yang menganalisis media sosial, memaparkan awal mula kemunculan #KaburAjaDulu dimulai pada 2023 oleh para pegiat teknologi.

Data menunjukkan bahwa #KaburAjaDulu paling banyak dicuitkan oleh mereka yang berusia 19-29 tahun.

"Kebanyakan mereka yang usianya antara 19-29 tahun yang meramaikan tagar #KaburAjaDulu sebesar 50.81%, lalu yang usia kurang dari 18 tahun 38.10%. Paling banyak dari kalangan laki-laki sebesar 59.92%, lalu perempuan 40.08%," tulis Ismail Fahmi pada 9 Februari 2025.

Isu Positif #KaburAjaDulu

Menariknya, #KaburAjaDulu justru menimbulkan dua sisi pandangan positif dan negatif yang dirasakan oleh masyarakat.

Dari sisi positif, muncul diskusi mengenai keterampilan baru dan dukungan untuk mencari kesempatan di luar negeri.

Masyarakat juga turut membahas mengenai motivasi hingga kualitas hidup untuk meningkatkan ekonomi dan Pendidikan yang lebih baik.

Hal ini juga sempat diungkapkan oleh Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Abdul Kadir Karding.

Ia menganggap tren #KaburAjaDulu untuk bekerja di luar negeri sebagai hal positif. Namun dirinya mengingatkan masyarakat untuk mengimbanginya dengan peningkatan keterampilan dan kemampuan.

"Kami melihat ada satu hal yang bisa kita isi di sana, yaitu Anda boleh kabur, tapi Anda bekerja saja di luar negeri, daripada kaburnya percuma sia-sia. Kita tingkatkan kapasitas mereka, kita tempatkan mereka bekerja, dapat untung yaitu pekerjaan, dapat gaji, bisa bantu keluarga dan negara," ujarnya seusai Rapat Kerja Bersama KP2MI Komisi IX DPR di Kompleks Parlemen, Senayan Jakarta, Rabu (12/2), dikutip dari Antara.

#KaburAjaDulu Membuat Nasionalisme Dipertanyakan

Viralnya #KaburAjaDulu juga membuat sejumlah pihak mempertanyakan tentang nasionalisme yang ada di diri seorang WNI.

Menanggapi hal ini...

Viralnya #KaburAjaDulu juga membuat sejumlah pihak mempertanyakan tentang nasionalisme yang ada di diri seorang WNI.

Menanggapi hal ini, mantan gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan bahwa mencintai Indonesia tidak hanya saat negara sedang baik-baik saja.

Cinta juga diuji kala negara tengah menghadapi banyak tantangan dan sedang membutuhkan perubahan.

“Tapi amat wajar, jika terkadang kita merasa lelah, perjuangan tanpa istirahat itu bisa terasa berat. Ini seperti bertepuk sebelah tangan, sudah berusaha untuk mencintai tapi rasanya seperti tidak ada balasan,” ujarnya, dalam video yang diunggah di akun instagramnya @aniesbaswedan pada Jumat (14/2/2025).

Meski demikian, Anies mengatakan tidak apa-apa jika ingin berhenti sejenak. Pasalnya cinta Indonesia disebut memang membutuhkan kesabaran dan ketabahan. Hal ini seperti generasi tahun 1908 dan 1928 dimana sebagian dari mereka tidak sempat melihat Indonesia merdeka.

“Tapi mereka tetap bergerak maju, meski dianggap pada masa itu mimpi, mimpi tinggi, mimpi di siang bolong. Dan perjuangan mereka itu seperti maraton dan estafet yang dijadikan satu, bergantian tapi tetap melangkah ke depan,” jelasnya.

Lanjutnya, Anies menjelaskan bahwa banyak tokoh bangsa Indonesia yang dulu lama hidup di luar negeri namun tetap berkontribusi bagi sang Tanah Air.

Oleh sebab itu, nasionalisme bukan hanya soal dimana kita tinggal namun bagaimana tetap memberi manfaat bagi Indonesia, sekecil apapun.

“Jadi, bagi yang memutuskan keluar negeri untuk alasan kebutuhan diri, untuk alasan keluarga, itu sah saja. Hanya saja kita tahu, tidak semua punya kesempatan untuk keluar negeri,” jelasnya.

Sebab itu, bagi masyarakat yang berkesempatan ke Luar Negeri, ia berharap agar dapat menggunakan kesempatan sebaik-baiknya dan tetap berusaha berkontribusi bagi Indonesia dari manapun juga.

Kemudian, bagi masyarakat yang berada di Indonesia, Anies berharap agar dapat saling mendukung dan saling menjaga satu sama lain.

“Karena apapun tantangannya, kita hadapi bersama. Semoga Allah SWT memberi kita kekuatan,” pungkas Anies.

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bisnis Plus logo

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro