Deflasi beruntun, maupun stabilnya harga minyak dunia dan nilai tukar rupiah dinilai akan menjadi pertimbangan Bank Indonesia untuk menurunkan BI rate.
Bank Mandiri menilai bahwa keputusan BI menurunkan suku bunga sebagai kebijakan pre-emptive dan ahead the curve untuk menjaga stabilitas ekonomi dan keuangan.
Upaya mendorong pertumbuhan ekonomi lebih ngegas menjadi salah satu alasan Bank Indonesia (BI) pangkas suku bunga acuan 25 bps jadi 6% pada September 2024.
BI memproyeksikan ekonomi Tanah Air mampu tumbuh di angka 5,1% pada akhir tahun ini, sejalan dengan mulainya pemangkasan suku bunga BI Rate menjadi 6%.
Deflasi di dalam negeri, harga minyak yang rendah, hingga potensi dovish dari The Fed dapat membuka kesempatan penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI Rate).
Bank Indonesia (BI) berencana meluncurkan Central Counterparty (CCP), sebuah lembaga kliring dan penjaminan untuk transaksi di pasar uang dan valuta asing.
Pelaku pasar di Asia mencermati keputusan yang akan diambil The Fed dalam FOMC pekan depan. Sejauh ini, indeks dolar AS terpantau melemah sementara yen menguat.
Berdasarkan analisis BCA, The Fed cenderung mengkhawatirkan pelemahan pasar tenaga kerja ketimbang inflasi dalam penentuan suku bunga pada September mendatang.