Lonjakan kasus Covid-19 pada Selasa (15/2) kemarin disebabkan karena akumulasi data yang terlambat masuk pada hari sebelumnya.

DKI Jakarta sejauh ini, dari 15.313 tempat tidur isolasi yang disediakan baru terisi 54,9 persen.

Kasus konfirmasi harian Covid-19 mencatat rekor dan sudah melebihi puncak Delta di posisi 57.049 per 15 Februari 2022.

Jawa Barat menjadi provinsi dengan kenaikan jumlah kasus Covid-19 harian tertinggi pada Selasa (15/2/2022) 14.058.

Epidemiolog dari Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono menyampaikan bahwa kasus Covid-19 varian Omicron sudah melampau varian Delta.

Menkes Budi Gunadi Sadikin mengungkap ada 6 provinsi dengan peningkatan kasus positif Covid-19 yang melampaui lonjakan kasus varian Delta.

Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan bahwa puncak kasus Covid-19 Omicron di Indonesia belum melampaui kasus akibat Delta pada 2021.

Pemerintah memprediksi puncak kasus Omicron bisa 3-6 kali lebih tinggi dibandingkan gelombang sebelumnya akibat varian Delta.

Luhut menyebut jumlah pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia bisa lebih tinggi dari varian Delta, jika kasus harian meningkat lebih dari tiga kali lipat.

Luhut Pandjaitan mengatakan pemerintah mengantisipasi potensi kenaikan kasus Covid-19 varian Omicron hingga tiga kali lipat dari lonjakan varian Delta pada Juli 2021 lalu.

Efek Omicron ringan, hal ini dibuktikan dari tingkat keterisian pasien di RS secara nasional 10 persen di bawah kapasitas secara keseluruhan.

Benarkah gejala varian Omicron bisa bertahan lama di tubuh orang yang terinfeksi? Simak penjelasan berikut ini.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan kasus Covid-19 varian Omicron di Indonesia akan jauh lebih banyak dibanding varian Delta.

Terdapat temuan dua gejala yang paling banyak dilaporkan oleh para pasien Omicron. Apa saja?

Presiden Jokowi mengaku bersyukur lantaran kasus harian akibat Omicron masih di bawah Delta.

Kenaikan kasus Omicron akan jauh lebih tinggi dibanding varian Delta.