Akseleran berharap OJK segera merevisi batas atas pendanaan sektor produktif P2P lending.

Rencananya, fintech P2P lending yang bisa mendapatkan batas maksimal pendanaan Rp10 miliar adalah perusahaan dengan TWP90 atau tingkat kredit macet maksimal 5%.

Pembukuan yang belum baik, hingga pemakaian dana di luar kepentingan usaha menjadi sejumlah tantangan dalam pendaan UMKM oleh P2P lending atau pinjaman online.

Penyelenggara P2P lending Akseleran membidik pendapatan Rp80 miliar sepanjang tahun ini.

Total penyaluran pinjaman Akseleran mencapai Rp1,47 triliun per akhir Juni 2024. Sementara outstanding loan-nya mencapai Rp630 miliar.

Dirut Akseleran mengaku perusahaan fintech tersebut tidak terdampak lumpuhnya Pusat Data Nasional (PDN).

Akseleran menyebut penyaluran kredit melalui skema channeling dari bank justru mengalami peningkatan di perusahaannya.

Akseleran mendukung rencana OJK untuk menaikkan batas atas pendanaan penyelenggara fintech P2P lending untuk sektor produktif

Akseleran mencatat dalam beberapa waktu terakhir, Ramadan membuat bisnis kredit perusahaan turun 10–20% karena berfokus pada segmen produktif.

Akseleran memasang target optimistis dengan pertumbuhan penyaluran pinjaman mampu menyentuh double digit pada tahun naga kayu 2024.

Group CEO & Co-Founder Akseleran Ivan Nikolas Tambunan mengatakan perseroan masih menimbang-nimbang setelah sebelumnya menunda IPO pada Juli 2023.

Angka penyaluran pinjaman Akseleran pada 2023 sedikit turun dibandingkan dengan penyaluran pinjaman pada 2022 yakni Rp2,95 triliun.

Pemilik kontak darurat yang dicantumkan dalam pinjaman online atau pinjol dapat sedikit bernapas lega, karena aturan baru melarang penagihan ke kontak tersebut.

Akseleran memastikan kontak darurat pinjol bukan buat penagihan sesuai aturan OJK.

OJK mencatat ada 23 pinjol yang belum penuhi ekuitas minimum. OJK membuka peluang fintech P2P untuk melakukan IPO untuk pemenuhan modal minimum Rp2,5 miliar.

PT Akselaran Keuangan Inklusif Indonesia menilai pemotongan bunga pinjaman online (pinjol) produktif sebesar 0,067% per hari akan memberatkan industri.