Sinyal tekanan ekonomi seperti deflasi beruntun, fenomena makan tabungan, hingga jumlah kelas menengah turun membayangi masa awal pemerintahan Prabowo.
Deflasi 5 bulan terakhir diyakini terjadi karena turunnya pendapatan dan daya beli masyarakat. Namun, BPS menilai ada faktor turunnya harga pangan di sana.
Hingga Agustus 2024, penerimaan pajak baru mencapai Rp1.196,54 triliun atau 60,16% target tahun ini. Manufaktur dan perdagangan dinilai sebagai kunci pemulihan.
Aspirasi Hidup Indonesia (ACES) berupaya menjaga pertumbuhan laba pada akhir tahun ini, sebelum perjanjian lisensi dengan ACE Hardware International berakhir.
Pemerintah seperti mendorong publik untuk terus berkonsumsi dengan berbagai insentif, padahal pendapatan riil masyarakat terus turun beberapa tahun tahun ini.
Deflasi di negara berkembang dinilai sebagai indikasi konsumsi rumah tangga melemah. Masalahnya, konsumsi menjadi kontributor dominan pertumbuhan ekonomi.
Indonesia tidak mengubah garis kemiskinan ekstrem walaupun tergolong upper middle income country. Hal itu berpengaruh pada perhitungan jumlah penduduk miskin.
Pada 2024, sebanyak 81,49% penduduk adalah kelompok kelas menengah dan aspiring middle class. Belanja yang mereka lakukan menjadi penopang perekonomian.