Pemerintah mengkaji perpanjangan BMAD untuk produk baja dari China. Langkah tersebut diambil guna melindungi produsen baja dalam negeri

Pengusaha baja dalam negeri berada di tengah gempuran produk baja asal China. Langkah pemerintah dinanti

Pelaku usaha mewaspadai relokasi industri baja China ke Indonesia sudah banyak terjadi.

Bisnis, JAKARTA — Krisis baja berkelanjutan di China bakal memicu gelombang negatif pada industrinya, termasuk kebangkrutan dan konsolidasi industri yang cepat.

Industri baja secara global dihadapkan pada ancaman krisis akibat anjloknya harga di tengah melemahnya permintaan dan melimpahnya pasokan.

Ekspor baja Indonesia berpotensi meningkat seiring dengan adanya perang dagang AS dan China.

Industri properti China masih terseok, sehingga produksi baja pun terdampak tren kontraksi.

BUMN Krakatau Steel (KRAS) berupaya untuk menekan beban kerugian dengan mengoptimalkan restrukturisasi dan kontribusi subholding proyek infrastruktur.

Raksasa produsen baja asal Jepang yakni JFE Holding, berambisi melebarkan sayapnya ke luar negeri, salah satunya Indonesia.

China mengkritik pernyataan Presiden AS Joe Biden yang menyebut akan menaikkan tarif hingga tiga kali lipat untuk baja dan aluminium China.

Pada 2022, ekspor produk baja ke Uni Eropa sejumlah 975.000 ton atau hanya sekitar 7% dari total volume ekspor.

Lartas Impor juga menyasar produk baja dan turunannya. Satu sisi, produsen mengharapkan pemerintah serius melaksanakannya, tetapi menyaring kebutuhan industri.

Emiten pipa baja PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk. (ISSP) atau Spindo mengantongi kenaikan laba bersih pada 2023.

Dalam Permenperin terbaru ada 5 kelompok yang dapat mengajukan izin impor gakni Perusahaan Industri, Perusahaan Jasa Industri, hingga PBBB

Kinerja ekspor besi dan baja (HS 72) RI ke China memiliki proporsi terbesar yakni 68,67% dengan nilai US$18,34 miliar sepanjang 2023

Ekspor baja dan besi Indonesia mengalami penurunan pada tahun lalu. Kondisi ini disebut karena terkait dengan China.