Harga CPO yang menembus 4.000 ringgit merupakan sentimen positif dari kondisi saat ini, sebab dolar tengah terkoreksi, dan bursa saham AS rebound.

Harga minyak mentah tertekan karena permintaan di China sebagai importir terbesar, tetap lemah dengan pemerintah setempat menerapkan kebijakan zero Covid.

Harga minyak mentah hari ini berpeluang dijual selama bergerak di bawah level resistance di US$89,50 per barel.

CEO JPMorgan Chase & Co Jamie Dimon mengatakan perekonomian global dan AS kemungkinan akan mengalami resesi pada tahun depan.

OPEC+ akan mendiskusikan rencana pemangkasan produksi harian hingga 2 juta barel per hari pada pertemuan bulanannya di Wina, Austria.

OPEC+ akan mempertimbangkan untuk mengurangi produksi lebih dari 1 juta barel per hari ketika mereka bertemu pada Rabu (5/10/2022) waktu setempat.

Lonjakan harga minyak dipicu oleh rencana OPEC dan sekutunya atau OPEC+ untuk memangkas produksi minyak dunia sebanyak 1 juta barel per hari.

Riset dari Goldman Sachs menyebutkan, pasar komoditas saat ini tengah terperangkap pada sejumlah katalis negatif termasuk tren kenaikan dolar AS.

Harga minyak mentah berpotensi dijual menguji level support di US$80 per barel, bila turun di bawah US$81 per barel.

Kekhawatiran perlambatan ekonomi menempatkan minyak mentah di jalur untuk kerugian kuartalan pertama dalam lebih dari dua tahun.

Penyebab terbesar perubahan harga minyak berasal dari penyesuaian ekspektasi permintaan. Pelonggaran lockdown di China pasti cenderung menguat.

Reli harga minyak berkelanjutan belum akan terjadi dalam waktu dekat. Hal ini disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Harga minyak turun tajam pada akhir perdagangan Kamis pagi WIB (8/9/2022), karena data perdagangan China yang suram dan meningkatnya kekhawatiran resesi ekonomi

Harga minyak melonjak sekitar tiga persen pada Selasa pagi WIB (6/9/2022), setelah anggota OPEC+ menyetujui pengurangan produksi kecil sebesar 100.000 barel.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya atau OPEC+, akan bertemu pada Senin (5/9/2022) untuk membahas strategi masa depan mereka.

Berkurangnya permintaan dari China akan menjadi faktor bearish untuk harga minyak mentah.