Perusahaan asuransi masih berjibaku menyesuaikan penjualan produk unit-linked usai penerbitan SEOJK 5/2022 pada 2022 dan bertumpu pada produk tradisional.

Permodalan hingga pemisahan anak usaha (spin-off) akan menjadi tantangan yang dihadapi industri asuransi pada tahun naga kayu 2024.

Angka klaim kesehatan asuransi jiwa diperkirakan mencapai Rp20 triliun pada tahun ini imbas inflasi medis atau kenaikan biaya kesehatan.

Perusahaan asuransi jiwa masih memiliki waktu untuk mengejar permodalan Rp250 miliar sampai akhir 2026.

AAJI turut menanggapi soal kenaikan ekuitas perusahaan asuransi bertahap mulai Rp250 miliar pada 2026, semula Rp100 miliar.

Hingga saat ini masih ditemukan fraud asuransi, seperti pemegang polis yang merekayasa kematian agar klaim asuransi dapat dicairkan perusahaan asuransi jiwa.

Nilai klaim asuransi kesehatan meningkat hampir dua kali lipat dalam 2 tahun terakhir, menjadi sorotan OJK dan para pelaku industri.

Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia mencatat premi tradisional mulai mengambil porsi unit-linked pada kuartal III/2023.

AAJI mengatakan relaksasi terhadap penjualan produk unit-linked berdampak pada raihan premi asuransi jiwa.

Proyeksi rebound premi terlihat dari pola asuransi jiwa yang memiliki kecenderungan tumbuh di setiap tahunnya.

Konsolidasi industri asuransi berpotensi mengikis jumlah pelaku, tetapi di sisi lain dimaksudkan membawa industri ke tingkat yang lebih baik.

Asosiasi dan OJK terus berunding mengenai jalan tengah bagi pelaku usaha bermodal cekak untuk memenuhi rencana perubahan ketentuan.

Rata-rata industri asuransi jiwa membayarkan klaim dan manfaat asuransi Rp160 triliun tiap tahun.

Apakah pelemahan kurs rupiah terhadap dolar AS akan berimbas pada peningkatan klaim surrender asuransi jiwa?

Pakar mengatakan penurunan pembelian produk unit link terjadi karena masyarakat sadar karena secara harfiah konsep asuransi adalah proteksi.