Uni Emirat Arab (UEA) merupakan pusat re-ekspor terbesar ke tiga setelah Hong Kong dan Singapura. Negara tersebut adalah hub yang berperan penting di kawasan Timur Tengah.
Penerimaan dari sektor migas yang terus meningkat dan diversivikasi pendapatan negara dari sektor nonmigas, serta didukung oleh kebijakan yang propasar dan berpihak terhadap pasar domestik berhasil menjadikan negara ini mencatatkan zero deficit budget.
Secara umum, lebih dari 30% perekonomian UEA ditunjang oleh sektor migas. Kendati demikian, Pemerintah UEA tidak mengesampingkan sektor nonmigas.
Salah satu sektor nonmigas, yaitu konstuksi, justru dipertimbangkan menjadi penyumbang penyerapan tenaga kerja serta kontributor pendapatan dan pertumbuhan perekonomian negara.
Pada 2014, UEA mencatatkan nilai konstruksi terbesar, yakni mencapai US$319,1 miliar, atau menguasai porsi 51,1% dari total keseluruhan proyek konstruksi di seluruh negara Timur Tengah. Setelah UEA, ada Arab Saudi yang mencatatkan nilai konstruksi sebesar US$218,9 miliar, atau menguasai porsi 35%, dan diikuti Qatar, Oman, dan Kuwait.
Kemampuan untuk menarik investasi asing dalam jumlah sangat besar di sektor konstruksi telah menempatkan status UEA setara dengan negara maju dengan infrastruktur terbaik di Dunia.
Saat ini UEA berhasil mengalahkan Arab Saudi dan negara teluk lainnya dalam pembangunan konstruksi gedung untuk komersial, tempat tinggal, ataupun peruntukan lainnya, serta jalan raya.
Peluang yang saat ini makin terbuka dan akan terus berkembang adalah konstruksi di sektor pembangunan gedung bertingkat untuk komersial dan transportasi, seperti jalan raya, pelabuhan udara, dan pelabuhan laut.
Terkait persiapan Dubai World Expo 2020, UEA akan memulai proyek infrastruktur dan pengembangan lokasi pameran di Jebel Ali. Lebih dari 277 ribu pekerjaan diamna 40% dibidang hospitality dan 52% dibidang konstruksi termasuk tempat wisata dalam menyambut Dubai World Expo 20120. Terdapat beberapa megaproyek yang akan dan sedang dikerjakan seperti Bluewaters Island, Dubai Creek Harbor, Dubai Canal Air dan Theme Parks Dubai. Selain itu terdapat pula proyek Aladdin City dan Al Mamxar Beachfront yang akan mulai dibangun tahun depan.
Perlu diketahui, struktur industri jasa konstruksi UEA secara umum berbentuk joint venture antara pengusaha lokal dan asing. Pemegang saham lokal biasanya menguasa 51% modal, sedangkan sisanya 49% dikuasai pelaku usaha asing, hal ini juga menjadi satu-satunya hambatan bagi masuknya modal asing dari negara lain, termasuk Indonesia.
Namun, saat ini pemerintah UEA telah membangun beberapa free zone, speerti di Abu Dabhi, Dubai, Ras Al Khaimah, Sharjah, Ajman, dan Fujairah.
Dengan fasilitas ini, para pelaku usaha di sektor jasa konstruksi dapat membuka kantornya di kawasan itu, dan mendapatkan beberapa kemudahan, antara lain tidak perlu bermitra dengan pengusaha di UEA, semua surat perizinan dikeluarkan oleh Otoritas Free Zone langsung; memperoleh 2 visa dengan biaya yang lebih murah: dan bebas pajak penghasilan dan pajak perusahaan.
Secara skematis, dapat disimpulkan bahwa krisis dan ketidakpastian kondisi perekonomian dapat secara khusus membahayakan perusahaan-perusahaan dengan skala kecil hingga menengah. Akan tetapi, bagi perusahaan lokal, mereka akan tetap terus mendapat keuntungan dari proyek-proyek pemerintah.
Berdasarkan hal tersebut, strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan jasa konstruksi asing, termasuk Indonesia, yang memang ingin melakukan bisnis di UEA adlaha menjadi mitra perusahaan-perusahaan jasa konstruksi lokal agar diuntungkan dari sisi posisi dan kepartian proyek.
Strategi lainnya adalah menjadi perusahaan-perusaan yang menerima jasa subkontrak dari perusahaan-perusahaan lokal.
Lebih lanjut, perusahaan asing dapat juga melakukan kerja sama dengan kelompok usaha internasional yang sudah memiliki jaringan bisnis yang kuat, sehingga dalam kerja sama nantinya pihak perusahaan dapat memanfaatkan dan mendapatkan keuntungan dari peluang proyek-proyek konstruksi lainnya yang masih berada di bawah naungan kelompolk usaha tersebut.
Jika menginginkan info lengkap serta peluang pasar lainnya hubungi “Customer Service Center (CSC)” Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, bertempat di lantai 2 Gedung Utama Kementrian Perdagangan dengan nomor telepon 021-3510347 atau mendaftar secara online melalui layanan DGNED Membership Service di alamat http://djpen.kemendag.go.id/membership